Dampak Perubahan Iklim terhadap Penyebaran Penyakit Menular: Fakta dan Cara Mencegahnya

inutrisi.comPerubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan realitas yang sudah terjadi saat ini. Bukan hanya suhu bumi yang meningkat, tetapi juga berdampak langsung terhadap kesehatan manusia, terutama melalui penyebaran penyakit menular akibat perubahan iklim. Kelembapan udara, pola curah hujan, dan suhu lingkungan menjadi faktor utama yang memperbesar potensi penularan berbagai penyakit berbahaya.


Menurut laporan World Health Organization (WHO) 2022, sekitar 60% penyakit infeksi global diprediksi akan semakin sering muncul akibat perubahan iklim. Indonesia, sebagai negara tropis dengan kerentanan bencana alam, menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak.

Bagaimana Perubahan Iklim Meningkatkan Risiko Penyakit Menular?

Perubahan pola cuaca menyebabkan siklus hidup vektor penyakit, seperti nyamuk dan tikus, menjadi lebih cepat dan panjang. Dr. Rini Astuti, Sp.PD-KP, seorang dokter spesialis penyakit dalam, menjelaskan bahwa meningkatnya kelembapan udara mempercepat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD).

“Kita melihat lonjakan kasus DBD signifikan dalam lima tahun terakhir, terutama di daerah-daerah yang sering tergenang banjir akibat curah hujan ekstrem,” jelas Dr. Rini.

Selain itu, banjir rob dan perubahan suhu laut memicu peningkatan kasus diare akut akibat air bersih yang tercemar bakteri dan virus. Di pesisir Jawa Barat, misalnya, tercatat lonjakan kasus diare hingga 30% pasca-banjir rob pada awal 2024.

Jenis Penyakit Menular yang Dipicu Perubahan Iklim

Berikut adalah beberapa penyakit menular yang semakin mengancam akibat perubahan iklim:

  1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
    Suhu udara yang lebih hangat mempercepat daur hidup nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, genangan air akibat hujan ekstrem menjadi tempat sempurna bagi jentik nyamuk berkembang.
  2. Malaria
    Di beberapa daerah Indonesia bagian timur, perubahan iklim memperluas area penyebaran nyamuk Anopheles, vektor malaria. Daerah yang sebelumnya bebas malaria kini mulai mencatatkan kasus baru.
  3. Leptospirosis
    Penyakit ini menyebar melalui urin tikus yang bercampur dengan air banjir. Meningkatnya intensitas banjir di daerah urban meningkatkan risiko wabah leptospirosis.
  4. Diare Akut
    Banjir dan kontaminasi sumber air minum memicu peningkatan penyakit diare, khususnya di daerah dengan sanitasi buruk.
  5. Penyakit Pernapasan
    Polusi udara akibat kebakaran hutan dan kabut asap, yang sering terjadi karena musim kemarau panjang, memicu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di kalangan anak-anak dan lansia.

Data dan Fakta di Indonesia

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2023, tercatat kenaikan kasus DBD sebesar 25% di wilayah Jakarta, Semarang, dan Surabaya pasca curah hujan ekstrem. Sementara itu, di Yogyakarta dan Jawa Barat, kasus leptospirosis meningkat hingga 15% selama musim banjir.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mencatat bahwa suhu rata-rata Indonesia meningkat sebesar 0,18°C per dekade sejak tahun 1980, yang memperparah kondisi iklim mikro di daerah perkotaan dan pesisir.

Upaya Mitigasi: Bagaimana Kita Bisa Melindungi Diri?

Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga krisis kesehatan yang nyata. Berikut beberapa langkah mitigasi yang bisa dilakukan:

  1. Mengurangi Genangan Air di Lingkungan
    Membersihkan saluran air, menutup tempat penampungan air, dan memastikan lingkungan bebas dari genangan adalah langkah krusial untuk mencegah penyebaran nyamuk DBD.
  2. Memastikan Ketersediaan Air Bersih
    Di wilayah rawan banjir, penting untuk memiliki cadangan air bersih yang aman. Gunakan filter air atau rebus air sebelum dikonsumsi.
  3. Menerapkan Sanitasi Lingkungan yang Baik
    Pembuangan sampah dan limbah harus dikelola dengan baik untuk mencegah penyebaran bakteri penyebab diare dan leptospirosis.
  4. Meningkatkan Kesadaran Pola Hidup Sehat
    Edukasi masyarakat tentang bahaya perubahan iklim terhadap kesehatan menjadi penting agar setiap individu lebih peduli menjaga lingkungan dan kesehatannya sendiri.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mengatasi Ancaman Kesehatan Global

Pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang mencakup strategi ketahanan iklim. Program seperti Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketahanan (APIK) diharapkan dapat memperkuat sistem kesehatan masyarakat dalam menghadapi ancaman iklim.

Namun, partisipasi aktif masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan. Melalui edukasi yang berkelanjutan, masyarakat diharapkan mampu mengenali tanda-tanda awal penyebaran penyakit akibat perubahan iklim dan segera mengambil langkah pencegahan.


Dengan semakin kompleksnya dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia, penting bagi kita semua untuk terus waspada dan aktif melakukan langkah mitigasi. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang berbagai penyakit menular akibat perubahan iklim, Anda bisa membaca referensi lengkapnya di inutrisi.com.


Posting Komentar untuk "Dampak Perubahan Iklim terhadap Penyebaran Penyakit Menular: Fakta dan Cara Mencegahnya"