Penyakit Menular yang Meningkat Setelah Pandemi: Ancaman Baru yang Harus Diwaspadai
inutrisi.com - Pandemi COVID-19 membawa dampak besar tidak hanya pada kesehatan masyarakat secara langsung, tetapi juga menyebabkan perubahan signifikan terhadap tren penyakit menular lain. Ketika perhatian dunia tertuju pada penanganan virus corona, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit lain mengalami penurunan. Akibatnya, sejumlah penyakit menular menunjukkan lonjakan kasus yang signifikan setelah pandemi mereda.
![]() |
Penyakit Menular yang Meningkat Setelah Pandemi: Ancaman Baru yang Harus Diwaspadai |
Bagaimana Artikel Ini Disusun?
Dalam
menyusun artikel ini, penulis menggabungkan data resmi dari Kemenkes RI dan
WHO, serta merujuk penelitian ilmiah yang relevan. Proses ini melibatkan
analisis laporan terkini terkait Tuberkulosis (TB), Demam Berdarah Dengue
(DBD), dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang menunjukkan peningkatan
signifikan di Indonesia. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara langsung
dengan dr. Anisa Putri, Sp.P, untuk mendapatkan pemahaman tentang kondisi
lapangan dan tantangan yang dihadapi tenaga kesehatan setelah pandemi.
Lonjakan Kasus Tuberkulosis: Ancaman Diam-Diam
Tuberkulosis
(TB) adalah salah satu penyakit yang mengalami lonjakan kasus setelah pandemi.
Data dari Kemenkes menunjukkan bahwa angka notifikasi TB menurun drastis selama
pandemi akibat pembatasan sosial dan penurunan aktivitas deteksi dini. Namun,
begitu pandemi mulai mereda, angka kasus yang sebelumnya tersembunyi mulai
muncul ke permukaan.
Menurut
dr. Anisa Putri, “Banyak pasien yang mengalami gejala TB enggan memeriksakan
diri selama pandemi karena takut terpapar COVID-19 di fasilitas kesehatan. Ini menyebabkan
keterlambatan diagnosis dan memperbesar potensi penularan di komunitas.”
WHO
memperkirakan bahwa Indonesia termasuk dalam tiga besar negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Pandemi telah memperlambat pencapaian target eliminasi TB
yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Nasional.
Demam Berdarah: Kewaspadaan Terhadap Siklus
Penyakit Musiman
Selain
TB, Demam Berdarah Dengue (DBD) juga menjadi penyakit yang meningkat setelah
pandemi. Menurut data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, terjadi peningkatan kasus DBD sebesar
15% di tahun 2023 dibandingkan periode sebelum pandemi.
Kondisi
ini disebabkan oleh beberapa faktor:
- Program pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) mengalami kendala selama pandemi.
- Perubahan perilaku
masyarakat yang lebih banyak beraktivitas di rumah meningkatkan risiko
gigitan nyamuk.
- Sistem monitoring dan
pelaporan kasus yang sempat terhambat akibat fokus pada COVID-19.
Bloomberg
juga mencatat bahwa di kawasan Asia Tenggara, DBD menjadi ancaman serius
pasca-pandemi karena kombinasi faktor lingkungan dan lemahnya respon pencegahan
selama masa lockdown.
ISPA dan Penyakit Pernapasan Lain: Imunitas yang
Menurun
Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) termasuk kategori penyakit yang menunjukkan
peningkatan setelah pandemi. Penggunaan masker yang masif selama pandemi memang
menekan angka penularan ISPA secara signifikan. Namun, setelah kebijakan
pelonggaran diterapkan, kasus ISPA kembali melonjak karena terjadi “imunitas
gap” di masyarakat.
“Selama
dua tahun, tubuh kita jarang terpapar patogen penyebab ISPA karena protokol
kesehatan yang ketat. Ketika masker dilepas, daya tahan tubuh terhadap virus
seperti influenza atau adenovirus menjadi lebih lemah,” jelas dr. Anisa.
Di
samping itu, fenomena “immunity debt” atau hutang kekebalan mulai dibahas oleh
para epidemiolog di dunia, di mana imunitas alami yang biasanya terbentuk
akibat paparan rutin terhadap virus menjadi berkurang drastis karena isolasi
berkepanjangan selama pandemi.
Penyakit Menular Lain yang Mengintai
Selain
TB, DBD, dan ISPA, beberapa penyakit lain yang juga menunjukkan kecenderungan
peningkatan adalah campak, hepatitis, dan infeksi saluran cerna. Campak
misalnya, sempat dilaporkan meningkat di beberapa daerah akibat penurunan
cakupan imunisasi selama pandemi. Hal serupa terjadi pada penyakit hepatitis A
dan E yang berkaitan erat dengan kualitas sanitasi dan air bersih.
WHO
menegaskan bahwa sistem kesehatan di berbagai negara masih dalam proses
pemulihan pasca-pandemi, dan risiko lonjakan penyakit menular tetap menjadi
tantangan global.
Kenapa Kita Perlu Waspada?
Banyak
masyarakat yang menganggap pandemi sudah berakhir dan kembali ke pola hidup
normal tanpa mempertimbangkan perubahan epidemiologis yang terjadi. Padahal,
kombinasi faktor seperti keterlambatan deteksi dini, turunnya cakupan
imunisasi, serta penurunan kewaspadaan masyarakat menjadi pemicu utama lonjakan
kasus penyakit menular.
Dampaknya
bukan hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga pada beban ekonomi, produktivitas
masyarakat, dan kesiapan sistem kesehatan untuk menghadapi potensi wabah
berikutnya.
Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Agar
tidak menjadi bagian dari statistik penyakit menular yang meningkat, masyarakat
perlu mengadopsi kembali langkah-langkah pencegahan berikut:
- Melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang memiliki gejala batuk kronis,
demam, atau penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
- Melanjutkan kebiasaan
menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berkembangnya nyamuk Aedes
aegypti.
- Memastikan imunisasi dasar
anak terpenuhi sesuai jadwal yang ditetapkan.
- Tetap memakai masker saat
berada di tempat umum yang padat, terutama saat musim hujan atau musim
penyakit.
Kemenkes
RI juga menyarankan masyarakat untuk aktif mencari informasi dari sumber resmi
dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum terverifikasi di media
sosial.
Posting Komentar untuk "Penyakit Menular yang Meningkat Setelah Pandemi: Ancaman Baru yang Harus Diwaspadai"